Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.

Tech and Innovation

Salah satu manfaat utama satelit adalah kemampuannya dalam mendeteksi perubahan tutupan hutan. Dengan data citra satelit, para peneliti dapat melihat seberapa luas hutan yang hilang akibat pembukaan lahan untuk perkebunan, pertambangan, atau pembangunan infrastruktur.
Di Indonesia, data ini sering jadi rujukan untuk melihat tren deforestasi. Dengan analisis satelit, kita bisa tahu mana hutan primer yang masih utuh, mana yang sudah berubah jadi hutan sekunder, hingga mana yang beralih fungsi jadi non-hutan.
Di Jejakin, kemampuan ini kami gunakan dalam CarbonAtlas untuk memberi gambaran yang lebih jelas kepada pemerintah, bisnis, dan masyarakat. Tujuannya sederhana: menyediakan data yang bisa dipakai langsung untuk merancang kebijakan dan aksi nyata menjaga hutan Indonesia.
Satelit tidak hanya mendeteksi tutupan lahan, tetapi juga membantu dalam mengukur kesehatan vegetasi. Salah satu metode yang populer adalah NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Indeks ini digunakan untuk menghitung tingkat kehijauan vegetasi berdasarkan pantulan cahaya dari daun tanaman.
Jika nilai NDVI tinggi menandakan vegetasi sehat dengan fotosintesis yang optimal. Sebaliknya, nilai NDVI rendah bisa menandakan stres misalnya karena kekeringan atau kebakaran hutan. Data NDVI sangat penting bagi pemantauan hutan tropis seperti di Indonesia, di mana kekayaan biodiversitasnya rentan terhadap perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Dengan indikator ini, kita bisa memprediksi risiko kebakaran, melihat dampak perubahan iklim pada ekosistem, dan merancang strategi perlindungan yang lebih tepat.
Satelit juga bisa mendeteksi titik panas atau hotspot yang jadi tanda awal kebakaran hutan dan lahan. Data ini biasanya dimanfaatkan lembaga seperti BMKG untuk memberi peringatan dini kepada masyarakat.
Satelit MODIS dan VIIRS bahkan bisa mendeteksi lokasi kebakaran secara real-time. Informasi ini tidak hanya bermanfaat untuk pemadam kebakaran, tetapi juga untuk pemantauan kualitas udara. Kabut asap lintas batas, seperti yang pernah terjadi di Asia Tenggara akibat kebakaran hutan di Indonesia, dapat dilacak penyebarannya dengan data satelit.
Bagi Jejakin, teknologi ini mendukung upaya transparansi dalam pemantauan lingkungan. Lewat CarbonAtlas, data satelit dipadukan dengan sensor IoT untuk memberikan gambaran kondisi hutan dan udara yang lebih akurat, sehingga pemerintah maupun bisnis bisa mengambil langkah lebih cepat dan tepat.
Perubahan iklim membawa tantangan besar dalam pengelolaan hutan. Satelit memiliki peran vital dalam memahami pola perubahan cuaca, kenaikan suhu bumi, hingga penyusutan hutan akibat pergeseran ekosistem. Data ini juga bisa menunjukkan berapa banyak karbon yang tersimpan di hutan, sehingga bermanfaat untuk merancang kebijakan mitigasi iklim.
Dalam konservasi, satelit berperan melindungi habitat satwa liar. Misalnya, data satelit bisa memetakan area penting bagi orangutan di Kalimantan atau harimau Sumatra yang terdesak karena fragmentasi hutan. Dengan informasi itu, jalur koridor satwa bisa dirancang agar mereka tetap punya ruang gerak yang aman.
Meski manfaatnya besar, pemanfaatan data satelit juga menghadapi tantangan. Pertama, data satelit mentah membutuhkan analisis lanjutan agar bisa diinterpretasikan dengan baik. Tidak semua pihak memiliki kemampuan teknis dan sumber daya untuk melakukan analisis ini.
Kedua, ada keterbatasan dalam resolusi citra. Meskipun kini sudah banyak satelit dengan resolusi tinggi, biaya aksesnya bisa cukup mahal. Selain itu, tutupan awan di wilayah tropis seringkali menyulitkan pengamatan.
Ketiga, data satelit perlu dipadukan dengan data lapangan (ground truth) untuk memastikan validitasnya. Oleh karena itu, integrasi antara teknologi dan partisipasi manusia tetap penting.
Ke depan, perkembangan teknologi satelit akan semakin canggih. Resolusi citra yang lebih tinggi, integrasi dengan kecerdasan buatan (AI), serta biaya yang semakin terjangkau akan membuat data satelit lebih mudah diakses dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak.
Inovasi lain adalah menggabungkan satelit dengan sensor IoT di lapangan. Satelit memberi gambaran besar dari udara, sementara sensor menghadirkan detail kondisi di titik tertentu. Jika keduanya digabung, kita akan punya sistem pemantauan lingkungan yang jauh lebih presisi dan real-time.
Di masa depan, kolaborasi antara teknologi satelit, AI, dan data lapangan inilah yang akan jadi kunci dalam menjaga hutan, keanekaragaman hayati, dan menghadapi tantangan perubahan iklim.
Satelit telah membuka mata kita akan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Dari memantau deforestasi hingga menganalisis kualitas udara, teknologi ini memberi kita kesempatan untuk memahami bumi dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, data hanyalah awal. Tantangan sesungguhnya adalah bagaimana kita menerjemahkan informasi tersebut menjadi kebijakan, tindakan, dan solusi nyata.
Di sinilah platform seperti CarbonAtlas by Jejakin berperan. Sebagai perusahaan climate tech di Indonesia, Jejakin juga memanfaatkan data satellite, IoT, dan analitik berbasis sains untuk membantu organisasi, perusahaan, dan pemerintah dalam mengambil keputusan yang lebih baik terkait konservasi dan pengelolaan karbon. Kunjungi CarbonAtlas lebih lanjut untuk melihat detail informasinya.






















Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.








