Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.
Tech and Innovation
Indonesia memiliki salah satu kawasan hutan tropis terbesar di dunia, tetapi juga menghadapi tekanan besar dari deforestasi, kebakaran hutan, dan alih fungsi lahan. Luasnya wilayah dan sulitnya akses ke lapangan membuat pemantauan hutan secara manual hampir mustahil dilakukan secara cepat dan menyeluruh. Inilah mengapa teknologi berbasis satelit menjadi solusi penting. Salah satu indikator yang paling banyak digunakan adalah NDVI.
NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) adalah sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat kehijauan vegetasi berdasarkan pantulan cahaya dari permukaan bumi. Prinsipnya sederhana: tumbuhan sehat akan menyerap cahaya merah (red) untuk fotosintesis dan memantulkan cahaya inframerah dekat (near-infrared). Sebaliknya, tumbuhan yang tidak sehat atau lahan gundul akan memantulkan cahaya merah lebih banyak dan lebih sedikit pada inframerah.
NDVI = (NIR - RED) / (NIR + RED)
Nilai NDVI berkisar antara -1 hingga +1. Nilai mendekati +1 menunjukkan vegetasi sehat, sedangkan nilai mendekati 0 atau negatif menunjukkan vegetasi jarang, tanah terbuka, atau bahkan permukaan air.
NDVI memberikan data yang cepat, objektif, dan dapat dipantau secara berkala. Hal ini sangat penting untuk hutan karena:
Bayangkan sebuah hutan lebat di Kalimantan. Jika menggunakan satelit biasa, kita hanya akan melihat area hijau. Namun dengan NDVI, perbedaan tingkat kehijauan dapat terukur secara kuantitatif. Misalnya:
Dengan peta NDVI, pemerintah dan lembaga konservasi bisa tahu mana area yang butuh perhatian lebih cepat tanpa harus menunggu laporan manual.
Pada 2019, kebakaran hutan besar melanda Kalimantan dan Sumatra. Citra satelit dengan NDVI menunjukkan penurunan drastis vegetasi di area terdampak hanya dalam beberapa hari. Data ini membantu pemerintah dan lembaga internasional memetakan area kritis untuk penanganan darurat dan pemulihan.
Di sisi lain, beberapa proyek reforestasi di Jawa Barat menggunakan NDVI untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan penanaman pohon. Dari data NDVI, terlihat bahwa area tertentu menunjukkan peningkatan tutupan vegetasi signifikan dalam dua tahun, sementara area lain stagnan dan perlu intervensi tambahan.
NDVI memang sederhana dan populer, tetapi juga memiliki keterbatasan. Misalnya, sulit membedakan vegetasi sehat yang sangat rapat dengan vegetasi sedang pada skala tertentu. Karena itu, NDVI sering dipadukan dengan teknologi lain seperti:
Kombinasi ini membuat analisis kondisi hutan lebih akurat dan komprehensif.
Indonesia berkomitmen pada FOLU Net Sink 2030, yaitu menjadikan sektor kehutanan dan lahan sebagai penyerap emisi bersih pada tahun 2030. Untuk mencapai target ini, pemantauan yang transparan dan berbasis data sangat dibutuhkan. NDVI menjadi salah satu alat kunci yang mendukung pelaporan emisi, penyerapan karbon, dan efektivitas kebijakan konservasi.
Jejakin, melalui platform CarbonAtlas, mengintegrasikan data NDVI dengan IoT dan AI. Tujuannya adalah memberikan informasi pemantauan hutan yang lebih transparan, cepat, dan mudah digunakan oleh pemerintah, bisnis, maupun komunitas. Dari memantau deforestasi, menilai keberhasilan reforestasi, hingga mendukung laporan emisi karbon, NDVI menjadi bagian penting dari solusi berbasis data Jejakin.
NDVI bukan sekadar angka dari satelit. Ia adalah jendela untuk melihat kesehatan hutan, mendeteksi ancaman lebih cepat, dan mendukung keputusan yang berkelanjutan. Di tengah tantangan pemantauan hutan di Indonesia yang luas dan kompleks, teknologi ini menjadi salah satu senjata terpenting dalam menjaga paru-paru dunia.
Jika ingin tahu bagaimana NDVI dan teknologi lain dapat membantu proyek konservasi atau keberlanjutan Anda, hubungi tim Jejakin dan temukan solusi berbasis data melalui CarbonAtlas.
Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.