Get to know more about us

Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.

Share your details
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
By contacting us, you agree to our Terms of service and Privacy Policy

Hutan Indonesia, Kunci Besar dalam Pasar Karbon Global

Policy and industry News

Hutan Indonesia, Kunci Besar dalam Pasar Karbon Global

Indonesia semakin menunjukkan komitmennya dalam menghadapi perubahan iklim dengan mengoptimalkan potensi perdagangan karbon. Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa sektor kehutanan menjadi kunci besar dalam upaya pengurangan emisi, sekaligus membuka peluang ekonomi baru melalui pasar karbon.

Menurut Hanif, potensi karbon hayati dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Uses/FOLU) di Indonesia mencapai hampir 50 juta ton karbondioksida ekuivalen (CO2e). Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kapasitas besar untuk berkontribusi dalam perdagangan karbon global.

“Hampir 60 persen dari penurunan emisi gas rumah kaca nasional disumbang dari sektor FOLU. Dengan penandatanganan kerja sama ini, harapan kita mampu membangkitkan perdagangan karbon di sektor kehutanan,” ujar Hanif dalam acara penandatanganan Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan Plan Vivo Foundation dan Global Carbon Council (GCC) di Jakarta, Selasa (17/9) seperti dikutip dari Antaranews.

Pasar Karbon: Dari Energi ke Kehutanan

Sejauh ini, pasar karbon di Indonesia, khususnya yang berbasis compliance carbon market (pasar karbon kepatuhan), masih didominasi oleh sektor energi. Padahal, sektor kehutanan memiliki potensi yang tidak kalah besar. Karena itu, pemerintah berupaya memperluas jangkauan perdagangan karbon melalui voluntary carbon market atau pasar karbon sukarela.

Pasar karbon sukarela memungkinkan negara, perusahaan, maupun individu untuk membeli dan menjual kredit karbon sebagai bentuk kontribusi pada pengurangan emisi. Bagi Indonesia, ini menjadi peluang emas untuk memperkuat peran kehutanan sekaligus melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan.

“Dengan kerja sama ini, kita bisa memperluas pasar karbon sukarela di Tanah Air. Apalagi jika kita bicara tentang standar internasional yang bisa mempercepat sertifikasi karbon hayati, ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama kelompok tani hutan,” jelas Menteri LH Hanif.

Perhutanan Sosial sebagai Penggerak

Salah satu program yang diharapkan mendapat manfaat besar dari kerja sama karbon ini adalah perhutanan sosial. Program ini memberikan akses kepada masyarakat untuk mengelola hutan secara berkelanjutan. Dengan adanya mekanisme perdagangan karbon, masyarakat tidak hanya menjaga hutan tetap lestari, tetapi juga bisa mendapatkan nilai ekonomi tambahan.

Hanif menegaskan, Indonesia memiliki banyak wilayah perhutanan sosial yang tersebar luas, namun tidak semua mampu melakukan penyusunan dan penerbitan sertifikat karbon secara mandiri. Di sinilah kerja sama internasional dengan lembaga standar karbon seperti Plan Vivo dan GCC menjadi sangat penting.

“Artinya di Indonesia, implementasi karbon hayati bisa dilakukan lewat perhutanan sosial yang cukup banyak tersebar. Tetapi memang tidak semua bisa berjalan sendiri untuk mengurus sertifikasi karbon. Dengan kerja sama internasional ini, proses itu bisa lebih cepat dan efektif,” tuturnya.

Menuju Ekonomi Hijau

Pemerintah menegaskan keseriusannya membangun implementasi nilai ekonomi karbon di Indonesia. Dengan menandatangani perjanjian MRA bersama Plan Vivo dan GCC, langkah ini diharapkan dapat mempercepat pencapaian target pengurangan emisi nasional sekaligus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Tidak hanya itu, kerja sama ini juga menjadi bagian dari strategi besar Indonesia untuk memperluas nilai ekonomi karbon berbasis alam (nature-based solutions), yang diakui sebagai salah satu cara paling efektif dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Agar perdagangan karbon berjalan transparan dan kredibel, dibutuhkan dukungan teknologi yang mampu memastikan setiap pengurangan emisi benar-benar terukur. Salah satu kunci utamanya adalah measurement, reporting, and verification (MRV) yang memungkinkan perhitungan dan pelaporan emisi dilakukan secara efisien dan sesuai standar.

Jejakin adalah perusahaan climate technology dari Indonesia yang membangun platform digital untuk membantu organisasi merencanakan, memantau, dan mengukur program lingkungan. Teknologi ini menghubungkan artificial intelligence (AI), sensor internet of thing (IoT), dan data satelit dengan kegiatan lapangan seperti penanaman pohon, konservasi air, dan pemantauan keanekaragaman hayati.

Dengan pendekatan ini, implementasi proyek karbon dapat dipantau secara objektif dan berbasis data sehingga nilai ekonomi karbon benar-benar memberikan manfaat berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat.

Hubungi Jejakin untuk memulai proyek karbon dan perjalanan dekarbonisasi perusahaanmu.

More Insights

Driving Positive Impact Across Key Global Goals

Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.