Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.
Policy and industry News
Indonesia mulai bersiap menghadapi Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) yang akan berlangsung pada 10–21 November 2025 di Belém, Brasil. Ajang global ini menjadi forum penting untuk menentukan arah kebijakan dunia dalam mengatasi krisis iklim.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, memimpin rapat Kick-Off Persiapan Delegasi Indonesia bersama kementerian, lembaga negara, mitra pembangunan, serta organisasi internasional pada akhir Agustus 2025 di Jakarta. Pertemuan ini menjadi titik awal penyusunan strategi agar Indonesia tampil kuat dan kompak dalam membawa isu prioritas di forum internasional.
COP atau Conference of the Parties merupakan forum di bawah UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change). Negara-negara anggota membahas upaya global menekan laju pemanasan bumi agar tidak melampaui 1,5–2°C dibandingkan era pra-industri.
Selain pengurangan emisi, forum ini juga membahas adaptasi iklim, pendanaan, transfer teknologi, hingga perdagangan karbon. Bagi Indonesia, COP adalah kesempatan strategis untuk menunjukkan kepemimpinan, mengingat kita memiliki hutan tropis luas, laut kaya, dan potensi energi terbarukan yang besar.
Dalam arahannya, Wamen Diaz menyoroti persoalan klasik: pendanaan iklim dari negara maju. Sejak 2009, mereka berjanji menyediakan 100 miliar dolar AS per tahun untuk membantu negara berkembang. Namun, hingga kini janji tersebut belum sepenuhnya ditepati.
Dalam agenda terbaru, New Collective Quantified Goals (NCQG), target pendanaan bahkan meningkat menjadi 1,3 triliun dolar per tahun. Sayangnya, komitmen nyata baru sekitar 300 miliar dolar. “Masih banyak janji tanpa realisasi. Indonesia harus mendorong agar target itu benar-benar diwujudkan,” tegas Diaz.
Selain isu pendanaan, Indonesia ingin memaksimalkan peluang dari perdagangan karbon. Paviliun Indonesia di COP30 nantinya akan berfungsi sebagai etalase diplomasi sekaligus ruang promosi kerja sama konkret.
Beberapa peluang kerja sama yang sedang dijajaki:
Untuk memperkuat daya saing, Indonesia juga menggunakan standar internasional seperti Gold Standard (GS) dan Verra, sehingga kredit karbon nasional dapat diterima lebih luas di pasar global.
Wamen Diaz menekankan, diplomasi iklim bukan hanya urusan KLHK. Ada lebih dari 20 working group yang membahas isu berbeda: energi, transportasi, hutan, pertanian, hingga kelautan.
Karena itu, persiapan delegasi melibatkan banyak kementerian: Kementerian Luar Negeri, ESDM, Perindustrian, Pertanian, KKP, Bappenas, hingga Kementerian Pemberdayaan Perempuan. “Kita butuh lead negotiator di setiap isu agar posisi Indonesia konsisten,” kata Diaz.
Indonesia memulai apa yang disebut Diaz sebagai “Baku to Belém Roadmap”, melanjutkan hasil COP29 di Baku, Azerbaijan. Tujuannya jelas: memperkuat komitmen pendanaan global dari 300 miliar dolar menuju 1,3 triliun dolar per tahun setelah 2025.
“Tanpa dukungan finansial nyata, transisi energi bersih dan perlindungan hutan tropis akan sulit diwujudkan,” tegasnya.
Paviliun Indonesia di COP30 akan menampilkan berbagai program, mulai dari transisi energi, konservasi hutan, pengelolaan laut, hingga inovasi pangan berkelanjutan. Ada juga sesi khusus mengenai Global Stocktake (GST) dan penyusunan Second Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia yang lebih ambisius.
Deputi KLHK, Ary Soedijanto, menjelaskan bahwa paviliun ini akan mempromosikan proyek perdagangan karbon yang semakin kompleks. “Semakin banyak proyek yang ditawarkan, semakin besar potensi pendapatan dari penjualan karbon,” ujarnya dalam rapat Kick-Off Persiapan Delegasi Indonesia pada akhir Agustus 2025 di Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli KLHK, Laksmi Widyajayanti, menambahkan bahwa sektor swasta juga akan dilibatkan aktif. “Partisipasi dunia usaha sangat penting untuk memperkuat kontribusi Indonesia,” katanya.
Meski tantangan besar masih menghadang, semangat optimisme tetap dijaga. Wamen Diaz menutup rapat dengan pesan tegas:
“Semoga persiapan ini memperkuat posisi Indonesia di dunia, sekaligus membantu kita mencapai target iklim nasional. Dengan kerja sama lintas sektor, kita bisa buktikan bahwa Indonesia adalah bagian penting dari solusi global.”
COP30 bukan hanya panggung diplomasi, melainkan perjuangan kolektif menjaga bumi. Perubahan iklim semakin nyata—suhu global naik, cuaca ekstrem meningkat, dan keanekaragaman hayati terancam.
Indonesia memiliki peran strategis, tetapi keberhasilan membutuhkan dukungan semua pihak: pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat.
Mari kita dukung langkah Indonesia di COP30. Mulai dari hal sederhana—menghemat energi, mengurangi sampah, menjaga hutan, hingga mendukung energi bersih—semua berkontribusi untuk masa depan yang lebih lestari.
Kamu juga bisa berpartisipasi dengan menghitung jejak karbon dari aktivitas harianmu. Kamu bisa gunakan kalkulator karbon milik Jejakin dengan mengunjungi event.jejakin.app. Kamu juga bisa berkontribusi dalam program hijau yang disediakan oleh Jejakin.
Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.