Get to know more about us

Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.

Share your details
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
By contacting us, you agree to our Terms of service and Privacy Policy

Bumi di Titik Kritis: 4 Sistem Alam Kita Hampir Kolaps

Climate changes

Rekor suhu panas sudah jadi berita biasa. Tahun demi tahun, kita disuguhi angka-angka yang mencetak "rekor tertinggi"—dan kebanyakan dari kita hanya sekilas menatap layar sebelum kembali scroll media sosial. Tapi tahukah kamu? Di balik setiap kenaikan suhu, sekecil apa pun, ada bahaya besar yang mengintai.

Bumi kita menyimpan sistem-sistem penyangga kehidupan: es di Greenland dan Antarktika Barat, hutan hujan Amazon, hingga arus laut Atlantik yang menjaga iklim tetap seimbang. Ketika suhu dunia terus naik, sistem-sistem ini mulai menunjukkan tanda-tanda rapuh. Dan saat satu sistem runtuh, yang lain bisa ikut tumbang—efek domino yang bisa mengubah wajah planet ini selamanya.

Titik Kritis: Saklar Tak Terlihat yang Menentukan Masa Depan

Para ilmuwan menyebutnya tipping points—titik kritis di mana perubahan tak lagi bisa dibalikkan. Misalnya: es yang mencair lebih cepat dari yang bisa terbentuk kembali, atau hutan hujan yang kehilangan kelembapannya hingga menjadi padang kering. Dan ketika satu sistem melewati titik ini, ia bisa "menular" ke sistem lain. Hutan kering menegang lebih sedikit karbon, mempercepat pemanasan, dan memperburuk pencairan es.

Inilah yang disebut sebagai tipping cascade—rangkaian keruntuhan sistem yang saling memperkuat. Dan yang mengkhawatirkan, kita sudah melihat tanda-tandanya sekarang.

2024: Tahun Kita Meleampaui Batas Aman

Pada 2024, suhu global rata-rata resmi menembus batas 1,5°C—angka yang selama ini dianggap sebagai "garis merah" oleh para ilmuwan dan pembuat kebijakan iklim. Ini bukan sekadar angka, ini adalah ambang bahaya Bumi telah masuk ke fase risiko tinggi.

Bahkan jika kita berhasil menurunkan suhu nanti, kerusakan yang terjadi selama periode "overshoot" ini bisa bersifat permanen. Sistem Bumi tidak bisa dijeda atau diputar ulang kapan saja. Sekali rusak, bisa butuh ratusan tahun untuk pulih—atau bahkan tidak kembali sama sekali.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan tahun 2025 akan menjadi tahun kedua berturut-turut di mana suhu global tetap di atas 1,5 °C, menjadikan batas tersebut tak bukan lagi peringatan masa depan, melainkan ujian nyata terhadap tekad global saat ini.

Situasi ini telah memindahkan pembahasan titik kritis dari perdebatan akademis ke keseharian sehari-hari, memecah ketertarikan baru pada apa yang sebenarnya dari meleampaui batas Perjanjian Paris.

Empat Raksasa yang Kini di Ujung Tanduk

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa empat sistem besar Bumi—es Greenland, es Antarktika Barat, Amazon, dan arus laut Atlantik—sedang berada di ambang kehancuran. Para peneliti menambahkan model matematik yang saling menghubungkan keempat sistem tersebut, dan temuan mengegaskan satu hal: mereka saling terpengaruh dan bisa saling menjatuhkan.

Jika suhu puncaknya melewati 2°C, kemungkinan setidaknya satu sistem mengalami tipping point mencapai 45%. Risiko ini sangat besar, mengingat kebijakan iklim global saat ini masih mengarahkan kita pada pemanasan 2,6°C di akhir abad.

"Setiap kenaikan sepersepuluh derajat di atas 1,5 °C meningkatkan risiko titik kritis," jelas Annika Ernest Högner dari Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) dikutip dari Earth.com.

"Jika pemanasan global melebihi 2 °C, risikonya akan meningkat jauh lebih tajam. Itu sangat mengkhawatirkan, terutama karena kebijakan iklim saat ini diperkirakan akan membawa kita ke pemanasan sekitar 2,6 °C pada akhir abad ini."

Kenapa Aksimu Hari Ini Penting

Mungkin terasa jauh—tahun 2100 atau 2300—tapi langkah-langkah yang kita ambil sekarang menentukan jalan ke sana. Setiap tahun keterlambatan menurunkan emisi hanya memperbesar masa overshoot dan memperbesar risiko sistem runtuh.

Memangkas emisi bukan hanya soal menyelamatkan masa depan. Ini tentang membeli waktu. Waktu untuk mengembangkan teknologi bersih, membangun kota yang tangguh, dan melindungi mereka yang paling rentan terhadap krisis iklim.

Bayangkan Bumi sebagai penari tali—berjalan di atas keseimbangan tipis yang ditopang oleh sistem-sistem alami. Sekarang, tali itu mulai goyah. Kita masih punya waktu untuk memperbaikinya, menstabilkan langkahnya, dan memberi generasi mendatang panggung yang bisa mereka pijak.

Tapi jika kita terus menunda, tali itu bisa benar-benar putus.

Dan tak ada jalan kembali.

More Insights

Driving Positive Impact Across Key Global Goals

Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.