Get to know more about us

Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.

Share your details
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
By contacting us, you agree to our Terms of service and Privacy Policy

Dari Sumpah Pemuda ke Aksi Iklim, Semangat Generasi Muda untuk Lingkungan

Climate changes

Jejak Sejarah: Sumpah Pemuda dan Semangat Persatuan

Pada 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara bersatu dan mengucapkan Sumpah Pemuda sebagai sebuah tonggak penting yang menegaskan identitas bangsa, satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa Indonesia. Delapan puluh tujuh tahun kemudian, semangat itu masih bergema, namun kini menghadapi tantangan baru, krisis iklim.

Jika dulu perjuangan adalah melawan penjajahan, kini perjuangan generasi muda adalah melawan pemanasan global. Menurut laporan UNDP Youth Climate Report 2023 (undp.org), lebih dari 70% anak muda di Indonesia menyatakan kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim. Ini membuktikan bahwa semangat Sumpah Pemuda telah berevolusi menjadi semangat untuk menjaga bumi yang menjadi rumah bersama.

Dari Nasionalisme ke Ekologisme: Wujud Baru Patriotisme

Apakah mencintai tanah air hanya berarti mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan? Generasi muda hari ini membuktikan bahwa nasionalisme bisa hadir dalam bentuk aksi nyata untuk lingkungan.

Gerakan eco-volunteer, komunitas penanam pohon, hingga inisiatif digital seperti carbon tracking apps menjadi cara baru untuk menyalakan semangat cinta tanah air. Dengan menanam satu pohon atau mengurangi jejak karbon, mereka berkontribusi menjaga keberlanjutan alam Indonesia.

Menurut data Climate Reality Project Indonesia, aktivitas individu yang konsisten seperti mengurangi konsumsi plastik, hemat energi, dan menggunakan transportasi rendah emisi bisa menurunkan emisi hingga 20% dalam satu dekade. Inilah wujud patriotisme masa kini, melindungi bumi tempat bangsa ini berpijak.

Digitalisasi Gerakan Hijau: Anak Muda dan Teknologi Lingkungan

Dalam era digital transformation, generasi muda tidak hanya aktif di media sosial, tetapi juga menggunakan teknologi untuk solusi lingkungan. Aplikasi Jejakin, misalnya, menghubungkan individu dan perusahaan dalam aksi nyata seperti penanaman pohon, pelacakan jejak karbon, dan pelaporan keberlanjutan.

Dengan pendekatan berbasis data (data-driven sustainability), anak muda bisa memahami dampak nyata dari setiap tindakan. Mereka tidak hanya berteriak tentang perubahan iklim, tetapi juga menghitung, mengelola, dan memantau dampaknya. Inilah bukti bahwa semangat kolaborasi Sumpah Pemuda kini bertransformasi menjadi collaborative climate action.

Gerakan Kolektif: Dari Komunitas ke Dampak Nasional

Banyak gerakan hijau lahir dari tangan anak muda. Contohnya, Bye Bye Plastic Bags yang digagas oleh dua remaja asal Bali kini telah menjadi gerakan internasional. Atau Youth for Climate Indonesia, yang mengadvokasi kebijakan lingkungan dan mengedukasi ribuan siswa di berbagai daerah.

Gerakan semacam ini menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Seperti halnya Sumpah Pemuda yang lahir dari ruang diskusi kecil di Batavia, aksi lingkungan hari ini bermula dari komunitas, lalu berkembang menjadi gerakan nasional.

Ketika ribuan anak muda bergerak bersama, dampaknya tidak hanya dirasakan di kota, tetapi juga hingga ke hutan dan pesisir, tempat di mana masa depan bumi sedang dipertaruhkan.

Menyalakan Semangat Baru: Dari Janji ke Aksi

Pertanyaannya kini, apakah semangat itu masih hidup dalam diri kita? Di tengah gempuran isu sosial, ekonomi, dan teknologi, masihkah kita punya ruang untuk berjuang bagi bumi?

Semangat Sumpah Pemuda mengajarkan bahwa perubahan dimulai dari kesadaran dan kebersamaan. Hari ini, semangat itu bisa diwujudkan lewat aksi iklim, baik dengan ikut gerakan penanaman pohon, mendukung produk ramah lingkungan, maupun mengajak orang lain untuk peduli.

Melalui platform seperti Jejakin, semangat itu menemukan wadah barunya, dari sumpah menjadi aksi, dari kata menjadi perubahan. Karena menjaga bumi bukan hanya tanggung jawab, tapi bentuk cinta paling nyata terhadap Indonesia.

Dari 1928 untuk 2025 dan Seterusnya

Sumpah Pemuda 1928 adalah simbol lahirnya bangsa. Aksi iklim 2025 adalah simbol kedewasaan bangsa. Keduanya lahir dari semangat yang sama, keberanian untuk berubah demi masa depan.

Generasi muda Indonesia kini memegang obor itu, menerangi jalan menuju negeri yang bukan hanya merdeka, tetapi juga lestari.

More Insights

Driving Positive Impact Across Key Global Goals

Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.