Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.
Climate changes
Tahukah kamu, lebih dari 50% emisi gas rumah kaca Indonesia berasal dari sektor LULUCF yakni penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan. Angka ini bukan hanya statistik. Artinya, cara Indonesia mengelola hutan dan lahan akan menentukan apakah target iklim nasional bisa tercapai atau justru meleset jauh.
Bahkan, pemerintah menargetkan FOLU Net Sink 2030, yaitu kondisi ketika sektor kehutanan dan lahan bisa menyerap lebih banyak karbon dibanding melepaskannya. Tanpa pengelolaan LULUCF yang efektif, target ini sulit tercapai.
LULUCF adalah singkatan dari Land Use, Land-Use Change, and Forestry, atau dalam bahasa Indonesia: Penggunaan Lahan, Perubahan Penggunaan Lahan, dan Kehutanan.
Secara sederhana, ini mencakup segala aktivitas manusia yang memengaruhi hutan dan lahan. Contohnya:
Setiap perubahan membawa konsekuensi. Hutan sehat bisa menjadi penyerap karbon (carbon sink), sementara deforestasi dan degradasi hutan justru melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, mempercepat pemanasan global.
Ada tiga alasan utama mengapa sektor ini jadi perhatian dunia, khususnya di Indonesia:
Singkatnya, LULUCF adalah masalah sekaligus solusi dalam upaya Indonesia menghadapi krisis iklim.
Beberapa praktik di lapangan menunjukkan bagaimana LULUCF bisa memberi dampak positif maupun negatif:
Penebangan hutan untuk ekspansi perkebunan sawit atau pembangunan infrastruktur melepaskan jutaan ton emisi karbon setiap tahun.
Program tanam kembali di area kritis, termasuk hutan mangrove, tidak hanya menyerap karbon tetapi juga melindungi keanekaragaman hayati.
Menggabungkan pertanian dengan pohon peneduh menjaga produktivitas, sekaligus meningkatkan kualitas tanah dan air.
Lahan gambut yang dikeringkan menjadi sumber emisi besar, tetapi ketika direstorasi, mampu menyimpan karbon dalam jumlah signifikan.
Mengelola sektor sebesar ini tidak bisa hanya mengandalkan survei manual. Data real-time dan akurat dibutuhkan untuk memastikan keputusan berbasis bukti. Beberapa teknologi yang mendukung antara lain:
Baca juga: Cara Jejakin Menggunakan IoT untuk Pemantauan Hutan
Jejakin hadir dengan CarbonAtlas, sebuah platform pemantauan berbasis data yang menggabungkan satelit, IoT, dan kecerdasan buatan (AI).
Dengan CarbonAtlas, pemerintah, bisnis, dan komunitas bisa:
Lebih dari sekadar alat analisis, CarbonAtlas menjadi pondasi untuk pengambilan keputusan dan kebijakan berbasis data, mendukung pengelolaan LULUCF yang lebih efektif dan berkelanjutan.
LULUCF bukan sekadar istilah teknis dalam laporan iklim. Di Indonesia, sektor ini adalah penentu masa depan. Bagaimana hutan dan lahan dikelola akan memengaruhi iklim, ekonomi, hingga kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dengan dukungan teknologi, data transparan, dan platform seperti CarbonAtlas dari Jejakin, pengelolaan LULUCF bisa lebih efektif, adil, dan berkelanjutan.
Mari bersama-sama jadikan LULUCF bukan sumber masalah, melainkan kunci solusi iklim untuk generasi mendatang.
Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.