Get to know more about us

Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.

Share your details
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
By contacting us, you agree to our Terms of service and Privacy Policy

Kisah Pembentukan Lahan Gambut dengan Jutaan Ton Karbon

Climate changes

Peatlands

Fondasi Karbon dan Keberlanjutan

Menurut FAO, lahan gambut menyimpan lebih dari 30 persen karbon dunia[Ref] meskipun hanya menutupi 3 persen permukaan bumi. Karbon yang tersimpan di dalam gambut berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim global. Lahan ini terbentuk secara alami selama ribuan tahun melalui proses akumulasi bahan organik yang lambat dan stabil. Lalu bagaimana lahan gambut terbentuk dan mengapa penting untuk keberlanjutan bumi?

Apa Itu Lahan Gambut?

Lahan gambut adalah jenis lahan basah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tanaman yang membusuk di kondisi tergenang air. Proses pembusukan yang lambat menghasilkan lapisan tebal bahan organik yang disebut peat. Lapisan ini menyimpan karbon dalam jumlah besar, sehingga berperan sebagai carbon sink alami yang membantu mengurangi emisi greenhouse gas.

Gambut ditemukan di berbagai wilayah tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia, gambut tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Kondisi air yang jenuh membuat lahan ini kurang oksigen, sehingga proses dekomposisi berlangsung sangat lambat. Inilah yang memungkinkan karbon tersimpan jutaan tahun tanpa dilepaskan ke atmosfer.

Proses Pembentukan Lahan Gambut

Sumber: Kumparan.com

Pada awalnya, sisa-sisa tanaman, daun, dan akar menumpuk di permukaan lahan basah. Proses ini lambat karena kondisi air yang tergenang membatasi aktivitas mikroorganisme yang menguraikan bahan organik. Lapisan tipis ini menumpuk selama bertahun-tahun, membentuk dasar gambut.

Karena lingkungan yang basah dan kekurangan oksigen, pembusukan bahan organik berlangsung sangat lambat. Mikroorganisme hanya mampu menguraikan sebagian kecil dari bahan organik, sehingga sebagian besar karbon tetap tersimpan di dalam tanah. Seiring waktu, lapisan bahan organik terus menumpuk hingga mencapai beberapa meter.

Setiap lapisan mengandung karbon yang tersimpan ratusan hingga ribuan tahun. Proses ini berlangsung alami dan sangat lambat, tetapi sangat efektif dalam menahan karbon dari atmosfer. Air memiliki peran penting dalam pembentukan lahan gambut. Air yang jenuh menjaga kondisi anaerobik, memperlambat pembusukan, dan mencegah pelepasan karbon. Oleh karena itu, pengeringan lahan gambut akibat aktivitas manusia dapat menyebabkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.

Manfaat Lahan Gambut

1. Penyimpanan Karbon
Salah satu manfaat utama lahan gambut adalah sebagai carbon sink alami. Dengan menyimpan jutaan ton karbon, lahan gambut membantu mengurangi emisi greenhouse gas dan menjaga kestabilan iklim global.

2. Keanekaragaman Hayati
Lahan gambut menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna yang unik, termasuk spesies endemik. Ekosistem ini menyediakan sumber pangan, perlindungan, dan ruang hidup bagi satwa yang sulit ditemukan di tempat lain.

3. Pengendalian Banjir
Gambut berfungsi sebagai spons alami yang menyerap air hujan. Lapisan organik yang tebal membantu menahan air, mengurangi risiko banjir di daerah sekitarnya, dan menjaga keseimbangan hidrologi.

4. Sumber Ekonomi Berkelanjutan
Lahan gambut juga dapat mendukung ekonomi lokal melalui pengelolaan berbasis ekowisata dan produk hasil hutan secara berkelanjutan. Aktivitas ini memberikan alternatif pendapatan tanpa merusak ekosistem gambut.

Tantangan dalam Pengelolaan Lahan Gambut

Salah satu tantangan terbesar dalam menjaga ekosistem gambut adalah konversi lahan. Aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan sering kali merusak lapisan gambut yang rapuh. Proses pengeringan lahan yang dilakukan untuk mendukung aktivitas tersebut justru menyebabkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer dalam bentuk CO₂, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan emisi dan perubahan iklim.

Selain itu, kebakaran lahan gambut menjadi ancaman serius yang hampir setiap tahun menimbulkan dampak luas. Saat lapisan gambut mengering, ia menjadi sangat mudah terbakar, dan ketika api menyala, proses pemadamannya jauh lebih sulit dibandingkan tanah mineral biasa. Kebakaran gambut inilah yang kemudian menjadi salah satu sumber emisi karbon terbesar di Indonesia, sehingga pengelolaan air dan vegetasi menjadi langkah penting untuk mencegah terulangnya bencana ini.

Tantangan lainnya adalah degradasi ekosistem. Kerusakan lahan gambut tidak hanya mengubah lanskap lingkungan, tetapi juga mengancam keanekaragaman hayati yang bergantung padanya. Banyak spesies flora dan fauna kehilangan habitat alaminya akibat kerusakan ini, yang pada akhirnya mengganggu keseimbangan ekosistem dan memperlemah fungsi alami gambut sebagai penyerap karbon.

Upaya Restorasi dan Solusi Berbasis Teknologi untuk Pemulihan Gambut

Restorasi lahan gambut menjadi langkah penting untuk menekan emisi karbon dan menjaga keseimbangan ekosistem. Pemerintah bersama berbagai lembaga dan komunitas lokal terus berupaya memulihkan area yang rusak melalui rewetting (pembasahan kembali), revegetasi, dan perlindungan terhadap kawasan yang masih utuh.

Namun, keberhasilan restorasi tidak hanya bergantung pada kegiatan fisik di lapangan. Teknologi kini memegang peranan penting dalam memastikan setiap langkah dapat dipantau dan diukur secara akurat. Melalui pendekatan digital Measurement, Reporting, and Verification (dMRV), proses restorasi dapat dipantau menggunakan data satelit, sensor IoT, serta artificial intelligence (AI) untuk menganalisis perubahan tutupan lahan dan kondisi kelembapan gambut.

Jejakin menghadirkan sistem berbasis teknologi untuk mendukung pemantauan dan pengukuran proyek berbasis alam, termasuk ekosistem gambut. Dengan integrasi data yang transparan, setiap upaya restorasi dapat diverifikasi dan dievaluasi secara berkelanjutan. Langkah ini memastikan bahwa pemulihan gambut tidak hanya berhasil di permukaan, tetapi juga memberikan dampak nyata terhadap penyerapan karbon dan ketahanan lingkungan jangka panjang.

Dengan dukungan restorasi dan teknologi pemantauan yang terus berkembang, upaya perlindungan gambut kini tidak hanya sebatas rehabilitasi, tetapi juga memastikan keberlanjutannya dalam jangka panjang. Hasil dari konservasi yang berkelanjutan ini mulai terlihat melalui berbagai manfaat ekologis dan sosial yang dihasilkan.

Dampak Positif dari Konservasi Gambut

Dengan konservasi yang tepat, lahan gambut dapat menyimpan karbon dalam jumlah besar dan menekan emisi gas rumah kaca. Ekosistem ini juga menjadi habitat penting bagi keanekaragaman hayati yang unik, sekaligus membantu mengurangi risiko banjir melalui fungsi hidrologisnya.

Selain manfaat lingkungan, konservasi gambut juga membuka peluang ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Setiap langkah kecil untuk melindungi lahan gambut berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim dan menjaga ekosistem vital bagi generasi mendatang.

Kesimpulan

Lahan gambut bukan hanya bagian dari alam, tapi juga penjaga iklim dan kehidupan di sekitarnya. Dengan pengelolaan dan konservasi yang tepat, gambut dapat menyimpan karbon, menjaga keanekaragaman hayati, dan mengurangi risiko bencana lingkungan.

Melindungi gambut berarti melindungi masa depan. Setiap langkah, sekecil apa pun, berkontribusi menjaga keseimbangan bumi bagi generasi mendatang.

More Insights

Driving Positive Impact Across Key Global Goals

Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.