Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.
Climate changes
Di tengah meningkatnya perhatian global terhadap climate change, greenhouse gas (GHG) emissions menjadi topik yang tidak bisa diabaikan. Salah satu jenis emisi yang sering kurang diperhatikan adalah emisi fugitive. Meski terdengar asing bagi sebagian orang, emisi ini punya kontribusi yang besar terhadap kerusakan lingkungan, terutama pemanasan global. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa itu emisi fugitive, dari mana asalnya, bagaimana dampaknya, serta apa yang bisa dilakukan untuk mengendalikannya.
Secara sederhana, emisi fugitive adalah pelepasan gas atau uap ke atmosfer yang terjadi secara tidak sengaja dan tidak melalui titik pelepasan resmi seperti cerobong asap. Gas-gas ini bisa bocor melalui celah kecil, katup, atau sambungan peralatan, dan sering kali tidak terdeteksi secara langsung.
Berbeda dengan emisi yang dihasilkan dari proses pembakaran atau pembuangan gas secara sengaja, emisi fugitive muncul karena adanya ketidaksempurnaan dalam sistem industri atau infrastruktur. Karena sifatnya yang tersembunyi dan tak kasat mata, emisi ini bisa terus berlangsung tanpa diketahui dalam waktu lama.
Emisi fugitive bisa berasal dari berbagai sektor industri, terutama yang menggunakan bahan kimia atau gas dalam proses produksinya. Industri minyak dan gas merupakan salah satu penyumbang terbesar, di mana kebocoran bisa terjadi pada jaringan pipa, kompresor, valve, tangki penyimpanan, hingga sambungan antar alat. Selain itu, sektor lain seperti industri petrokimia, pertambangan, pengolahan limbah, dan fasilitas pendingin (misalnya supermarket atau gudang dingin) juga menyumbang emisi fugitive dalam jumlah signifikan.
Penyebab utama terjadinya emisi ini antara lain:
Meski tidak terlihat, dampak dari emisi fugitive sangat nyata. Salah satu dampak terbesarnya adalah kontribusinya terhadap pemanasan global. Beberapa gas yang termasuk dalam emisi fugitive, seperti metana (CH4) dan hidrofluorokarbon (HFC), memiliki kemampuan memerangkap panas di atmosfer yang jauh lebih besar dibanding karbon dioksida (CO2).
Contohnya, metana memiliki potensi pemanasan global sekitar 28–36 kali lebih tinggi dari CO2 dalam jangka waktu 100 tahun[Ref]. Selain itu, beberapa gas dapat merusak lapisan ozon, mencemari udara, dan berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Tak hanya itu, emisi ini juga bisa meningkatkan risiko keselamatan kerja, karena gas yang mudah terbakar dapat menyebabkan ledakan jika terakumulasi di ruang tertutup. Di sisi lain, dari sudut pandang ekonomi, emisi fugitive menyebabkan pemborosan bahan baku yang bernilai tinggi.
Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, berikut beberapa contoh emisi fugitive yang sering terjadi:
Mengelola emisi fugitive membutuhkan pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan. Langkah pertama yang penting adalah mendeteksi keberadaannya. Teknologi saat ini sudah memungkinkan deteksi kebocoran secara visual menggunakan kamera inframerah atau alat pendeteksi gas (sniffer).
Setelah terdeteksi, langkah selanjutnya adalah memperbaiki kebocoran tersebut. Ini bisa dilakukan dengan mengganti peralatan yang rusak atau menggunakan sistem yang lebih kedap gas. Pemeliharaan berkala dan inspeksi rutin harus menjadi bagian dari SOP perusahaan.
Penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan juga sangat membantu. Misalnya, mengganti refrigeran lama dengan yang memiliki GWP rendah, atau menggunakan sistem tertutup yang meminimalisir kemungkinan kebocoran.
Selain aspek teknis, manajemen operasional juga berperan besar. Pelatihan terhadap staf, penerapan prosedur ketat, serta komitmen dari manajemen puncak menjadi kunci sukses dalam pengendalian emisi fugitive.
Dalam pelaporan emisi gas rumah kaca, dikenal istilah Scope 1, 2, dan 3 sesuai standar GHG Protocol. Emisi fugitive termasuk dalam Scope 1, yaitu emisi langsung yang berasal dari aktivitas operasional perusahaan yang berada di bawah kendalinya.
Scope 1 mencakup:
Dengan kata lain, setiap kebocoran gas dari peralatan atau sistem produksi perusahaan harus dilaporkan dalam kategori Scope 1.
Untuk membantu perusahaan dalam menghitung dan melacak emisi, termasuk emisi fugitive, Jejakin menyediakan platform bernama CarbonIQ. Platform ini dirancang untuk memberikan kemudahan dalam proses inventarisasi karbon yang akurat dan berbasis data.
Berikut proses yang umumnya dilakukan dalam CarbonIQ:
Emisi fugitive mungkin tidak terlihat oleh mata, namun dampaknya terhadap lingkungan sangat nyata. Sebagai salah satu penyebab pemanasan global yang signifikan, emisi ini perlu dikelola dengan serius oleh berbagai sektor industri.
Melalui pemahaman yang mendalam, penggunaan teknologi deteksi yang canggih, serta penerapan sistem manajemen lingkungan yang baik, emisi fugitive bisa ditekan secara signifikan. Dengan dukungan platform seperti CarbonIQ dari Jejakin, proses pengukuran dan pelaporan pun menjadi lebih akurat, efisien, dan transparan.
Mengelola emisi fugitive bukan hanya tanggung jawab lingkungan, tetapi juga bagian dari strategi bisnis berkelanjutan di era modern.
Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.