Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.
Sustainable living
Laut tidak lagi dipandang sekadar sebagai sumber daya alam yang dapat dieksploitasi, melainkan sebagai aset strategis yang harus dikelola secara berkelanjutan. Di tengah krisis iklim, menurunnya keanekaragaman hayati laut, dan tantangan ekonomi global, pendekatan Blue Economy menawarkan solusi yang memandang laut sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Konsep ini mengajak kita untuk melihat ekosistem laut tidak hanya dari sisi ekologi, tetapi juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang inklusif, inovatif, dan tangguh terhadap krisis.
Blue Economy adalah pendekatan pembangunan yang memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan. Artinya, kegiatan ekonomi seperti perikanan, pariwisata bahari, energi laut, transportasi maritim, dan bioteknologi kelautan dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan agar tidak menimbulkan kerusakan. Dalam praktiknya, Blue Economy menolak eksploitasi berlebihan dan mendorong inovasi yang mendukung konservasi.
Berbeda dengan ekonomi kelautan konvensional yang sering berfokus pada keuntungan jangka pendek, Blue Economy menekankan pentingnya menjaga kesehatan laut sebagai pilar utama kehidupan. Dalam jangka panjang, laut yang sehat dapat memberikan hasil ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dan wilayah laut yang mencakup 70% dari total wilayahnya[Ref]. Potensi ini sangat luar biasa. Laut Indonesia menyimpan salah satu keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Selain itu, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia yang dapat menjadi sumber daya ekonomi besar jika dikelola dengan baik.
Namun, potensi ini belum dimanfaatkan sepenuhnya. Sebagian besar masyarakat pesisir masih hidup dalam kemiskinan[Ref]. Pendapatan dari perikanan sering tidak stabil, pariwisata bahari terkonsentrasi di beberapa daerah, dan teknologi energi laut masih sangat terbatas. Blue Economy menawarkan solusi untuk mengelola potensi ini secara bijak dan berkelanjutan.
Laut kita menghadapi ancaman serius. Penangkapan ikan berlebihan menyebabkan penurunan drastis populasi ikan. Banyak spesies laut terancam punah karena tidak diberi waktu yang cukup untuk berkembang biak secara alami. Praktik penangkapan yang merusak, seperti penggunaan bom atau jaring trawl, semakin merusak habitat bawah laut.
Selain itu, pencemaran laut semakin parah. Sampah plastik dari darat masuk ke laut dan mencemari seluruh rantai makanan laut. Mikroplastik kini ditemukan di ikan bahkan garam konsumsi[Ref]. Perubahan iklim memperburuk keadaan: suhu laut yang meningkat merusak terumbu karang, sementara kenaikan permukaan laut mengancam pulau-pulau kecil dan masyarakat pesisir.
Banyak dari masalah ini muncul akibat pendekatan ekonomi yang tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan. Inilah mengapa transisi menuju Blue Economy menjadi sangat penting.
Blue Economy bukan sekadar jargon. Pendekatan ini menawarkan langkah nyata untuk mengatasi krisis laut sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru. Dalam sektor perikanan, misalnya, Blue Economy mendorong praktik penangkapan berkelanjutan, termasuk penetapan kuota tangkap, zona konservasi, dan alat tangkap ramah lingkungan. Nelayan didorong untuk hanya mengambil sesuai kapasitas ekosistem.
Di sektor energi, Blue Economy membuka peluang pengembangan energi arus laut, gelombang, dan pasang surut. Sumber energi ini memiliki jejak karbon rendah karena tidak membakar bahan bakar fosil. Energi diambil langsung dari pergerakan alami air laut, sehingga emisi gas rumah kaca tetap minimal.
Pariwisata bahari juga dapat diarahkan menuju model yang lebih ramah lingkungan. Ekowisata tidak hanya menonjolkan keindahan laut, tetapi juga mengedukasi wisatawan tentang pentingnya menjaga lingkungan. Jenis pariwisata berkelanjutan ini dapat menciptakan lapangan kerja baru di bidang jasa, pemanduan, konservasi terumbu karang, dan pendidikan lingkungan.
Tidak kalah penting, Blue Economy mencakup inovasi di bidang akuakultur. Budidaya ikan, rumput laut, dan kerang yang bertanggung jawab dapat menjadi alternatif penangkapan liar, namun harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran air dan kerusakan habitat.[Ref]
Dengan Blue Economy, masyarakat pesisir dapat memperoleh manfaat ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Nelayan menikmati pendapatan yang lebih stabil berkat terjaganya stok ikan. Lapangan kerja baru muncul di sektor ekowisata, energi laut, dan konservasi. Wilayah pesisir yang sebelumnya terpinggirkan dapat berkembang menjadi pusat ekonomi lokal.
Selain itu, Blue Economy berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Laut yang sehat dapat memastikan ketersediaan protein dari ikan dan produk laut lainnya. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan memperkuat kemandirian bangsa.
Investasi dalam Blue Economy juga mendorong penelitian dan teknologi. Universitas, startup, dan pelaku industri didorong untuk menciptakan inovasi dalam pemetaan laut, teknologi akuakultur pintar, dan sistem pemantauan ekosistem laut berbasis satelit.
Semua ini tidak akan berjalan tanpa dukungan kebijakan yang kuat. Pemerintah memegang peran penting dalam mengatur tata kelola laut, menetapkan zona ekonomi eksklusif, memberikan insentif untuk inovasi, dan memastikan perlindungan bagi masyarakat pesisir adat.
Blue Economy harus menjadi bagian dari rencana pembangunan nasional. Di Indonesia, beberapa inisiatif telah muncul, seperti pembentukan kawasan konservasi laut, dukungan untuk perikanan skala kecil, dan kerja sama internasional dalam pengelolaan laut[Ref]. Namun, implementasinya masih menghadapi tantangan besar, termasuk kurangnya data, tumpang tindih regulasi, dan koordinasi lintas sektor yang lemah[Ref].
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, LSM, dan masyarakat sipil sangat penting. Hanya melalui kerja sama multi pihak, Blue Economy dapat diimplementasikan dengan sukses. Hal ini mencakup edukasi publik tentang pentingnya konservasi laut, memberikan dukungan kepada nelayan, dan melibatkan masyarakat lokal dalam setiap tahap perencanaan.
Laut bukan hanya tempat untuk menangkap ikan. Laut adalah penyedia oksigen, pengatur iklim, dan penopang kehidupan. Jika kita terus mengabaikannya, konsekuensinya akan sangat luas—tidak hanya bagi nelayan, tetapi bagi seluruh umat manusia.
Blue Economy adalah kunci untuk membuka masa depan yang lebih baik. Dengan menggabungkan nilai ekonomi dan ekologi, kita dapat menciptakan sistem yang adil, seimbang, dan berkelanjutan. Laut yang sehat akan menghasilkan ekonomi yang kuat, dan ekonomi yang bijak akan menjaga laut tetap sehat.
Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.