Product walkthrough, trial, POCs, enterprise offering, support and more. Speak with one of our specialists.
Climate changes
Saat membahas solusi terhadap perubahan iklim, pikiran kita sering tertuju pada hutan hujan tropis atau pengurangan emisi industri. Namun, ada satu penyerap karbon yang sangat efektif namun kurang dikenal: ekosistem pesisir. Lingkungan pesisir yang sering diabaikan ini sebenarnya adalah penjaga alami yang bekerja diam-diam dalam menghadapi krisis iklim dengan menyerap dan mengunci sejumlah besar karbon di dalam tanah dan vegetasinya.
Sering kali tersembunyi di bawah permukaan laut atau terletak di sepanjang garis pantai, ekosistem ini ternyata memiliki kemampuan menyimpan karbon yang melebihi beberapa hutan terbesar di dunia. Karbon yang mereka serap dan simpan dikenal sebagai Karbon Biru, solusi yang berkontribusi besar namun masih belum dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya global melawan perubahan iklim.
Karbon Biru adalah istilah untuk karbon organik yang diserap dan disimpan oleh ekosistem pesisir seperti hutan bakau, lamun, dan rawa-rawa garam. Tumbuhan ini menyerap karbon melalui proses fotosintesis, menyimpannya di akar, batang, daun, dan terutama di lapisan sedimen di bawahnya.
Berkat pertumbuhan vegetasi yang berkelanjutan dan penumpukan sedimen, karbon dalam ekosistem pesisir ini dapat tetap terkunci selama ratusan hingga ribuan tahun. Proses ini dikenal sebagai penyerapan karbon, di mana karbon dikeluarkan dari atmosfer dan disimpan dalam jangka panjang di dalam tanah atau lumpur.
Ekosistem karbon biru ditemukan di seluruh dunia — hadir di semua benua kecuali Antartika — dan secara kolektif mencakup sekitar 50 juta hektar, hampir dua kali ukuran Inggris. Indonesia, sebagai negara dengan area mangrove terbesar di dunia[Referensi], memiliki potensi besar dalam penyimpanan karbon skala besar melalui ekosistem ini.
Ekosistem Utama dari Karbon Biru
Ekosistem karbon biru berperan penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan menyerap dan menyimpan sejumlah besar karbon dioksida dari atmosfer. Lebih dari sekadar penyerap karbon, ekosistem pesisir juga berfungsi sebagai habitat penting bagi keanekaragaman hayati dan pendukung ekonomi lokal.
Tiga jenis utama ekosistem karbon biru meliputi:
Manfaat Karbon Biru
Di luar perannya sebagai penyerap karbon, ekosistem karbon biru menawarkan berbagai manfaat tambahan yang jauh melampaui upaya mitigasi iklim. Ekosistem ini mendukung ketahanan pesisir, meningkatkan kesehatan ekosistem, dan menopang kesejahteraan masyarakat lokal. Berikut beberapa manfaat utamanya:
Ancaman terhadap Ekosistem Karbon Biru
Sayangnya, potensi Blue Carbon berada di bawah ancaman. Dalam 50 tahun terakhir, 25-50% wilayah pesisir bervegetasi telah hilang karena:
Ketika rusak, ekosistem ini dapat melepaskan karbon yang tersimpan sebelumnya kembali ke atmosfer yang mengakibatkan dapat memperburuk perubahan iklim.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Balik Karbon Biru
Para ilmuwan menggunakan berbagai teknik untuk mengukur karbon yang tersimpan di sedimen pesisir, termasuk metode pengambilan inti sedimen, di mana tabung panjang digunakan untuk mengambil lapisan-lapisan sedimen. Lembaga seperti IAEA Marine Environment Laboratories menggunakan teknik nuklir dan isotop (misalnya, Pb-210 dan Cs-137) untuk menentukan laju pengendapan dan akumulasi karbon selama beberapa dekade terakhir[Referensi]. Metode-metode ini memberikan data berharga mengenai efektivitas penyimpanan karbon di ekosistem pesisir.
Karbon Biru sebagai Solusi Iklim Berbasis Alam
Berinvestasi dalam pelestarian dan restorasi ekosistem Karbon Biru merupakan solusi berbasis alam yang kuat dan sejalan dengan tujuan Perjanjian Paris serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan melindungi wilayah pesisir seperti hutan mangrove, padang lamun, dan rawa asin, kita dapat mencegah pelepasan karbon dalam jumlah besar yang tersimpan di dalam tanahnya yang dalam—karbon yang jika terganggu, dapat mempercepat laju perubahan iklim. Di saat yang sama, ekosistem ini juga berfungsi sebagai penyangga alami terhadap bencana pesisir, membantu mengurangi risiko gelombang badai dan erosi, serta meningkatkan ketahanan iklim bagi masyarakat di sekitarnya. Lebih dari itu, ekosistem pesisir yang sehat memainkan peran penting dalam mendukung ketahanan pangan melalui perikanan yang berkelanjutan, serta berkontribusi pada ekonomi lokal dengan menyediakan mata pencaharian bagi jutaan orang yang bergantung pada sumber daya laut.
Dengan lebih 3 juta hektar hutan bakau Indonesia memiliki cadangan karbon biru terbesar di dunia[Referensi]. Wilayah prioritas seperti Kalimantan, Papua, dan Wilayah pesisir Sumatera adalah titik fokus untuk restorasi dan konservasi.
Pemerintah, bersama LSM dan mitra internasional, telah meluncurkan inisiatif untuk memulihkan hutan bakau dan padang lamun, sambil mengintegrasikan strategi Karbon Biru ke dalam kebijakan iklim nasional.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Melindungi ekosistem pesisir adalah tanggung jawab bersama. Tindakan sederhana seperti:
adalah langkah-langkah yang berarti untuk memastikan Blue Carbon tetap utuh dan secara aktif membantu mengurangi krisis iklim.
Kesimpulan
Karbon Biru bukan sekadar istilah ilmiah, tetapi juga simbol harapan akan masa depan yang seimbang antara manusia dan alam. Dengan melestarikan ekosistem pesisir, kita tidak hanya menjaga garis pantai, tetapi juga melindungi salah satu penyangga iklim paling penting di Bumi.
Jejakin’s green programs combine high-tech monitoring, biodiversity restoration, and community-led initiatives to deliver powerful, sustainable change across ecosystems.